Tuesday 5 June 2012

Pohon Epal Dan Budak Lelaki


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon epal besar dan seorang budak lelaki yang gembira bermain-main di bawah pohon epal itu setiap hari. Dia suka memanjatnya hingga ke pucuk pohon, makan buahnya, tidur di keteduhan rendang daun-daunnya. Budak lelaki itu sangat mencintai pohon epal itu. Demikian pula pohon epal sangat mencintai budak kecil itu.
        Waktu terus berlalu. Budak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon epal itu setiap harinya. Suatu hari dia mendatangi pohon epal. Wajahnya tampak sedih.
“Marilah ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon epal itu.

“Aku bukan budak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab budak lelaki itu.
“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku memiliki wang untuk membelinya.”

          Pohon epal itu menyahut, “Aduhai, maaf aku pun tak ada wang… tetapi kau boleh mengambil semua buah epalku dan menjualnya. Kau akan mendapatkan wang untuk membeli mainan kegemaranmu.”
         Budak lelaki itu sangat gembira. Lalu dia memetik semua buah epal yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu budak lelaki itu tak pernah kembali. Pohon epal itu kembali sedih.

Suatu hari budak lelaki itu datang lagi. Pohon epal sangat senang melihatnya datang.
“Marilah bermain-main denganku lagi,” kata pohon epal.

“Aku tak punya waktu,” jawab budak lelaki yang kian membesar.

“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami memerlukan sebuah rumah untuk tempat tinggal. Mahukah kau menolongku?”

“Aduhai, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membina rumahmu,” kata pohon epal. Kemudian budak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon epal itu dan pergi dengan gembira.

          Pohon epal itu juga berasa bahagia melihat budak lelaki itu senang, tapi budak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon epal itu berasa sepi dan sedih.
          Pada suatu musim panas, budak lelaki itu datang lagi. Pohon epal berasa sangat bersuka cita menyambutnya.
“Marilah bermain-main lagi deganku,” kata pohon epal.

“Aku sedih,” kata budak lelaki yang sudah lanjut usia dimakan waktu.

“Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi becuti dan berlayar. Mahukah kau memberi aku sebuah kapal untuk bersiar?”

“Aduhai, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mahu. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.” Kemudian, budak lelaki itu memotong batang pohon epal itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Lalu dia pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon epal itu.
Akhirnya, budak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
“Maaf anakku,” kata pohon epal itu.
“Aku sudah tak memiliki buah epal lagi untukmu.”

“Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah epalmu,” jawab budak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan untuk kau panjat,” kata pohon epal.

“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu.”

“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang dapat aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan hampir mati ini,” kata pohon epal itu sambil menitiskan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata budak lelaki.
“Aku hanya memerlukan tempat untuk berehat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”

“Oh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan berehat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan berehatlah dikau dengan tenang.”
Budak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.
Pohon epal itu sangat gembira dan tersenyum sambil menitiskan air matanya.....Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon epal itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita gembira bermain-main dengan ayah dan ibu kita.

Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dilanda kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada untuk memberikan apa yang dapat mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berfikir bahawa budak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting, cintailah orang tua kita. Sampaikan pada ibu dan ayah kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita. :')