Sunday 4 March 2012

Kata Aku dan Kami dalam Al Quran


Seringkali dalam perdebatan muncul syubhat tentang al-Quran, kenapa kadang2 Allah memakai kata Aku (tunggal) dan kadang kadang memakai kata Kami (jamak), hal ini selalu digunakan oleh kaum nasrani dan kaum kufar lainnya untuk menyerang dan menyebarkan syubhat (kekeliruan), serta keraguan atas kebenaran Kitabullah pada kaum muslimin, lalu…. sebenarnya bagaimanakah jawapan atas syubhat tersebut ? berikut adalah jawapan daripada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullahu taala- :

……………….. salah satu sebab turunnya ayat tersebut adalah perdebatan orang-orang nasrani mengenai yang kabur bagi mereka. Seperti FirmanNya أنا (Ana = Aku) dan نحن (Nahnu = Kami).
Para Ulama mengetahui bahwa makna نحن (Nahnu = Kami) di sini adalah salah satu yang diagungkan dan memiliki pembantu-pembantu. Dia tidak memaksudkannya dengan makna tiga illah. Takwil kata ini yang merupakan penafsiran yang sebenarnya, hanya diketahui oleh orang-orang yang mantap keilmuannya, yang dapat membezakan antara siapa yang dimaksud dalam kata إِيَّا (iyya = hanya kepada) dan siapa yang dimaksud dengan kata إِنَّ (inna = sesungguhnya kami ), sebabnya ialah ikut sertanya para malaikat dalam tugas yang mereka diutus untuk menyampaikannya, kerana mereka ialah para utusanNya.
Adapun berkenaan dengan satu-satunya illah yang berhak diibadahi, maka berlaku bagi-Nya saja. Kerana itu Allah Taala tidak pernah berfirman فإىّن فعبد faiyyana fa’budu = hanya kepada kami, maka beribadahlah).

Setiap kali memerintahkan ibadah, takwa, takut dan tawakal, Dia menyebut diri Nya sendiri dengan nama khususNya. Adapun bila menyebut perbuatan-perbuatan yang dia mengutus para malaikat untuk melakukannya maka Dia berfirman :

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata (Al Fath : 1)

dan…

فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaanya itu (Al Qiyamah : 18)
dan ayat ayat semisalnya...

Ini, meskipun hakikat makna yang dikandungnya yaitu para malaikat, sifat-sifat mereka dan cara cara Rabb mengutus mereka, tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah ta’ala .

Sekali lagi, kerana ‘KAMI’ di sini bukan bentuk jamak ber-angka melainkan jamak majesti, menunjukkan sifat keagungan atau kebesaran, sama sekali tidak menunjukkan jumlah, maka seperti yang saya sudah katakan sebelumnya dilihat dari: Makna harfiah ‘KAMI’ dalam bahasa Melayu umum adalah jamak berangka, ertinya lebih dari satu; sedangkan penggunaan kata ganti yang tepat untuk memadankan kata ganti di bahasa Ibrani dan Arab adalah ‘kami’ kerana ‘kami’ seringkali (dalam bahasa semitik, juga di bahasa Melayu) digunakan untuk merujuk pada orang (tunggal, hanya satu) dengan maksud kesopanan. ‘Kami’ di sini sama sekali tidak bermakna ‘lebih dari satu’.

Qs.21 Anbiyaa: 25. Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahawasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

Kata KAMI digunakan saat Allah mewahyukan dengan perantara Malaikat Jibril, & kata AKU digunakan sebagai perintah menyembah Allah saja.

Orang Arab sendiri akan terpingkal-pingkal kalau melihat cara orang Melayu berusaha menyesatkan orang lain melalui logika aneh bin ajaib seperti ini, yaitu mengatakan Allah itu banyak hanya lantaran di al-Quran Allah seringkali menggunakan kata ganti kami (nahnu). Betapa kerdilnya logika yang dikembangkan, niatnya hanya nak bajet tahu dengan bahasa Arab, sementara orang Arab sendiri mafhum bahwa bahasa mereka istimewa, bahasa yang tertua di dunia.

Tidak semua kata nahnu (kami) selalu bererti pelakunya banyak. Memang benar secara umum kata nahnu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi orang yang bodoh dengan bahasa arab terkecoh besar dengan ungkapan ini. Sebenarnya kata kami tidak selalu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi juga menunjukkan kebesaran orang yang menggunakannya.
Misalnya, seorang presiden dari negara Arab mengatakan begini, "Kami menyampaikan salam kepada kalian", apakah berarti jumlah presiden negara itu ada lima orang? Tentu saja tidak. Sebab kata "kami" yang digunakannya menggambarkan kebesaran negara dan bangsanya, bukan menunjukkan jumlah presidennya.

Tukang beca di pinggir jalan pun tahu bahwa yang namanya presiden di semua negara pastilah jumlahnya cuma satu, tidak mungkin ada lima. Hanya orang bodoh saja yang mengatakan presiden ada lima. Dan hanya orang bodoh tak pernah sekolah saja yang mengatakan bahwa Allah itu ada banyak, hanya disebabkan Dia menyebut dirinya dengan lafaz KAMI.

Wallahu ‘alam